Selasa, 08 Desember 2009

media seks perusak bangsa

Seorang anak lelaki kelas 5 SD maju ke depan, membuka kemeja can memeloroti celana pendeknya, lalu memperlihatkan kemaluannya kepada ibu gurunya seraya berseru, "Surprise...!" Selidik punya selidik, pemuda cilik ini mendapat inspirasi dari berbagai tayangan porno yang pernah dilihatnya di berbagai media. Seorang pemuda kecil lainnya bercerita bahwa blue film alias film-_film porno menjadi tontonan keluarga sehari-hari di rumahnya!

Luar biasa sungguh bahaya yang mengepung kita dan anak-anak kita dari segala penjuru, dalam berbagai bentuk, mulai dari narkoba hingga pornografi. Satu atau dua dasawarsa lalu, seorang anak muda mesti pergi ke tempat-tempat tertentu untuk, misalnya, membeli buku porno. Sekarang, maksiat datang menyerbu kita dan anak-anak kita di mana saja,

bahkan juga di dalam rumah! Tahukah Anda bahwa sebagian besar dari 1705 anak SD kelas 4, 5 can 6 di Jabotabek dalam sebuah penelitian menyatakan mereka memperoleh akses can menyebar-luaskan tayangan can gambar porno lewat ponsel? Sadarkah kita bahwa banyak sekali tayangan televisi yang porno dan merusak kesehatan lahir batin, jasmani dan ruhani kita semua?

Rubrik utama kita kali ini diisi beberapa artikel oleh Elly Risman, seorang psikolog terkemuka, dan timnya pada Yayasan Kita dan Buah Hati yang beberapa tahun terakhir ini meneliti can menemukan bukti betapa besarnya keterpaparan anak-anak kita pada pornografi. Semoga menjadi inspirasi bagi kita semua untuk semakin meningkatkan kewaspadaan dalam melindungi anak-anak can diri kita semua.
--------------------------------------------------------------------------------
Apa Sih Pornografi Itu?

Ramai orang protes hetika sebuah majalah porno dari Ameriha diterbithan di Indonesia, Padahal, tanpa import dari Barat pun di sin! pun sesah nafas kita dikepung oleh pornografi!

Tak usahlah pergi ke toko buku besar di Jakarta/dikota2 untuk mencari majalah porno, tinggal berjalan ke arah kios dan lapak penjual koran dan tabloid di pasar terdekat kita sudah bisa menemukan beragam media cetak dengan gambar dan tulisan jorok. Lagu-lagu, film, sinetron, komik dan situs-situs porno dapat dengan mudah diakses anak-anak dan remaja yang tinggal di perkotaan.

Menurut Kejaksaan Agung Amerika tahun 1986, konsumen utama pornografi (baik berupa majalah, internet, tabloid dll.) di Amerika adalah remaja laki-laki berusia 12 sampai 17 tahun. Tetapi, menurut penelitian para konselor remaja di Yayasan Kita dan Buah Hati,

sebagian besar dari 1705 anak SD kelas 4,5 dan 6 di Jabotabek yang mereka teliti ternyata sudah bersinggungan dengan pornografi, dalam berbagai format dan lewat berbagai media!

Ketika ramai orang berdebat tentang perlu tidaknya diadakan undang-undang anti pornografi bersliweranlah berbagai definisi pornografi yang terkesan longgar dan ketat sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan si pemberi definisi.

Salah satu situs internet Islam di Amerika Utara, www.soundvision.com, menjelaskan bahwa pornografi tidak hanya meliputi gambar atau tayangan yang hard core dan naked/nudity (ketelanjangan) tetapi juga orang yang berbusana tidak pantas/minim, situasi seksual, kissing, touching antar lawan/sejenis, dan humor porno.

Menurut Family English Dictionary karya Collin, pornografi adalah tulisan_tulisan, gambar atau film yang didisain untuk keperluan kepuasan atau kesenangan seksual.

Di Barat, pornografi ternyata merupakan industri bernilai 12-13 milliar dollar USA per tahun, lebih dari gabungan industri Coca Cola dan Mc.Donnel Douglas(produsen pesawat terbang).

Website sebuah majalah porno paling terkenal dikabarkan menerima 4,7 juta kunjungan elekironik (hits) per hari! Lebih dari 30% situs di website dunia adalah pornogarfi.

Repotnya, kerusakan besar pada masyarakat yang disebabkan pornografi - seperti kekerasan seksual bahkan pada anak-anak dan kehancuran rumah tangga - bukan terjadi di Barat saja.

Sekarang ini, dengan pertolongan teknologi informasi canggih seperti internet, televisi dan telepon satelit, Indonesia yang berpenduduk mayoritas Muslim pun menjadi salah satu korban (sekaligus produsen) pornografi dalam skala besar. Misalnya saja, seorang anak SD yang mendapat tugas dari sekolah untuk menulis esei tentang serangga dan mencari informasi di internet, kemungkinan besar justru akan memperoleh pornografi. Ketika diketiknya "lalat" atau "nyamuk" pada search engine seperti Google atau Yahoo, muncul pulalah situs_situs porno yang menggunakan nama-nama itu!

Beberapa tayangan sinetron yang menjadi konsumsi remaja kita pun mengajari anak-anak kita untuk bereksperimen dengan pornografi dan perzinahan. Satu di antaranya diputar oleh SCTV yang salah satu adegannya memperlihatkan sekelompok remaja berseragam SMA yang bersama-sama menonton film porno lalu sepasang demi sepasang mereka masuk kamar untuk melampiaskan syahwat rnereka.

Beberapa film yang bikin geger di Indonesia, seperti Buruan Cium Gue atau Virgin, misalnya, memang dibuat berdasarkan film-film jorok dari Amerika yang mengumbar adegan perzinahan antara kakak dan adik tiri, murid dengan guru, atau dengan teman sejenis. Di film Virgin, misalnya, ada adegan seorang gadis yang menjual keperawanannya seharga Rp 10 juta kepada seorang laki-laki tua di kamar mandi sebuah mall hanya karena ingin membeli handphone berkamera!

Dengan demikian, jangan mengira bahwa karena kita tinggal di Indonesia maka anak-anak kita selamat dari bahaya pornografi. Beberapa statistik di bawah ini memang diperoleh di Barat, tapi bisa saja menjadi gambaran masyarakat kita sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

rudyz visitor